15/11/2023
Menjahit Jejaring Dakwah Kaum Santri
[Catatan 5 Tahun Program Pembinaan Suku Anak Dalam]
~ bang oemar
Sejak awal saya mendapat amanah dari Maktab Markazi (Pengurus Pusat) Hai'ah Ash Shofwah Al Malikiyyah (sekira Nopember 2018) untuk menjalankan program dakwah dan tarbiyah pembinaan Suku Anak Dalam, sejak saat itu p**a saya mulai merangkai-rangkai jejaring dakwah yang sekiranya bisa dijahit. Memetakan beberapa entitas yang terserak agar terajut kuat. Karena program pembinaan Suku Anak Dalam ini membutuhkan sinergi antar beberapa elemen.
Lima tahun sudah program ini berjalan dengan sembilan angkatan pengiriman santri. Lintas jejaring disinergikan. Akhirnya, satu elemen dengan yang lain bisa saling menguatkan. Antar entitas santri pun terbangun jejaring dakwah yang sinergis.
~ Jaringan Nurul Haromain Pujon
Sejak awal, jaringan Pujon sudah aktif terlibat. Mulai survei pertama hingga pengiriman angkatan ke sembilan ini, jejaring Nurul Haromain Pujon tetap eksis mensupport agenda pembinaan Suku Anak Dalam. Karena secara normatif, setiap santri yang akan dikirim ke pedalaman Bukit Dua Belas ini harus mengikuti pembinaan selama 21 hari yang disebut Masa Tau'iyah terlebih dahulu di Pondok Nurul Haromain Pujon. Dan agenda itu berjalan hingga pengiriman angkatan ke sembilan saat ini.
Awal survei saya mengajak Kiai Masyhur Farohi, alumni senior Nurul Haromain Pujon. Lalu pengiriman tahap pertama, adalah dua santri dari Ma'had Nurul Haromain Pujon. Ustadz Nur Yasin Wonosobo dan Ustadz Saiful Sumenep. Kedua santri Pujon ini menjalani amanah pembinaan Suku Anak Dalam selama dua tahap.
~ Jaringan Dalwa Pasuruan
Jejaring Pesantren Dalwa (Darullughah Waddakwah) Bangil Pasuruan terlibat sejak awal dalam program pembinaan ini. Waktu awal survei ke Air Hitam, delegasi Pondok Dalwa ikut serta yang diwakili oleh Dr. Fauzi Hamzah dan Dr. Imaduddin Sabran . Kemudian dilanjutkan dengan pengiriman dua santri Dalwa agar ikut dalam program pembinaan Suku Anak Dalam. Ustadz Zulkarnain dari Batam dan Ustadz Iqbal Baraqbah dari Riau, adalah santri Dalwa yang dikirim untuk membina Orang Rimba.
Habib Zain Baharun, pengasuh Pondok Dalwa yang paling antusias dengan program pembinaan ini. Sebagai Naibul Amin Hai'ah Ash Shofwah Al Malikiyyah, Habib Zain selalu motivasi dan mensupport jalannya program dakwah dan tarbiyah ini. Sehingga beberapa alumni Dalwa kemudian ikut terlibat dalam program ini. Misalnya, Dr. Sulaiman, alumni Dalwa yang tinggal di Palembang ini selalu setia menjamu para santri yang akan dikirim ke Jambi dan kebetulan transit di kota Ampera.
~ Jaringan Kencong Jember
Kiai Sadid Jauhari, pengasuh PP. Assuniyah Kencong Jember adalah penggagas utama program ini. Beliau yang survei pertama kali, yang mengkombinasikan dengan pejabat di Sarolangun, dan juga mengirim santrinya untuk berkhidmah membina Suku Anak Dalam.
Wasilah Kiai Sadid, saya kemudian dikenalkan dengan Gus Rijal Mumazziq Z, Rektor UAS (Universitas Al Falah Assunniyah) Kencong Jember. Gayung bersambut, gerakan Gus Rektor luar biasa. Beliau menyambut program ini dengan totalitas. Beberapa mahasiswa UAS dikirim ke Jambi. Tak hanya itu. Beberapa jaringan beliau disinergikan untuk menguatkan program ini. Mulai lembaga zakat hingga para aghniya'. Sehingga, program ini tidak hanya kuat secara SDM tetapi kokoh secara finansial.
~ Jaringan Sukorejo Situbondo
Waktu awal pengiriman guru ke Suku Anak Dalam, Kiai Azaim Ibrohimi selaku pengasuh Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo turut mengantar ke Jambi bersama Gus Syamsuddin Rusdi. Setelah bertemu dengan Bupati Sarolangun di pendopo, Kiai Azaim rela menembus belantara Bukit Dua Belas untuk mengantar dua santri utusan Hai'ah Ash Shofwah Al Malikiyyah ke kawasan Lubukjering kecamatan Air Hitam. Beliau bertemu langsung dengan warga Suku Anak Dalam. Tak segan mendekat dan berkomunikasi dengan mereka.
Setelah kunjungan Kiai Azaim itu, Pondok Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo kemudian mengirim beberapa santri untuk terlibat dalam program pembinaan Suku Anak Dalam ini. Tiga gelombang santri dikirim ke pedalaman Jambi disinergikan dengan program KKN kampus Universitas Ibrohimi Sukorejo Situbondo.
Jaringan Sukorejo Situbondo semakin kuat ketika komunitas alumni yang tergabung dalam IKSASS juga terlibat aktif. Sejak dari Malang, sebelum dikirim ke Jambi para santri mampir sejenak di Pondok Beras asuhan Kiai Bukhori yang juga alumni Sukorejo. Setibanya di Palembang, terhubung dengan mbak Pyo Luthfia Fataty alumni Sukorejo yang sukses jadi penguasa bros berkelas. Mbak Pyo dan Gus Ahmad David suaminya selalu siaga berkhidmah menyambut kedatangan para santri utusan Sukorejo Situbondo.
IKSASS Jambi juga sigap merespon program ini. Secara bergilir mereka mengunjungi santri yang ditugaskan membina Suku Anak Dalam. Sehingga para santri merasa diperhatikan oleh para seniornya yang sesama alumni Sukorejo Situbondo.
~ Jaringan Sarang & Langitan
Munculnya program pembinaan Suku Anak Dalam ini tidak terlepas dari inisiasi para kiai alumni Sarang dan Langitan. Ada beberapa alumni Sarang dan Langitan yang tinggal di Jambi dan mengasuh pondok pesantren. Beliau-beliau yang menjadi komunikator antara pemerintah setempat dengan Hai'ah Ash Shofwah. Sehingga program pembinaan Suku Anak Dalam ini terwujud sampai saat ini.
Alumni Sarang ada Kiai Nafi' bin Buya Salik Pelawan (Alumni Abuya Al Maliki), Kiai Kamil Pelawan, Kiai Mbah Imam Hambali Singkut, Kiai Ahdal Bukit Suban, dan beberapa kiai dan asatidz lainnya. Alumni Langitan ada Kiai Abdul Qadir Pauh (Alumni Abuya Al Maliki), Kiai Bakhir Mandiangin, Kiai Rois Mandiangin, Kiai Munir Pelawan, Kiai Zainal Singkut, dan beberapa kiai lainnya. Beliau-beliau yang membackup pelaksanaan program ini. Bahkan sebelum Ash Shofwah, Pondok Langitan sudah pernah mengirim dua santrinya ke Suku Anak Dalam, yaitu Kiai Hanif Shofwan dan temannya.
~ Jaringan Purworejo
Sebagai bagian dari Hai'ah Ash Shofwah Al Malikiyyah, Kiai Thoifur Mawardi juga punya andil besar dengan kegiatan ini. Selain mengirim santri untuk melakukan pembinaan Suku Anak Dalam, Kiai Thoifur juga melibatkan para santri dan muhibbin beliau yang ada di Jambi agar mensupport program dakwah ini.
Beberapa santri dan muhibbin Kiai Thoifur yang diberi amanah untuk terlibat antara lain Kiai Rohmat Jambi, Haji Robet Jambi, dan beberapa alumni Purworejo lainnya. Dengan jaringan Purworejo ini, banyak membantu proses pengiriman dan pemenuhan kebutuhan dakwah di Suku Anak Dalam.
Selain Kiai Thoifur Purworejo, Kiai Sirojan Muniro Kulonprogo juga telah mengirim santrinya untuk ikut terlibat dalam program pembinaan Suku Anak Dalam.
~ Jaringan Semendo
Pondok Nurul Haromain Semendo Muara Enim asuhan Kiai Dainawi Gerentam Bumi, juga memiliki andil besar dalam keberlangsungan program pembinaan SAD ini. Gus Mujtaba dan Kiai Imam Haramain, putera Kiai Gerentam Bumi, sangat bersemangat untuk membackup kegiatan ini. Mulai dari penyediaan tempat bermalam, akomodasi, bahkan kadang tiket transportasi.
Jaringan alumni Semendo yang tergabung dalam Ikbal Marom, seringkali terlibat dalam proses pengiriman santri ke Jambi. Sesekali para santri diminta bermalam di Semendo Muara Enim. Sekali p**a pernah disambungkan dengan Bang Firmansyah Salman Tanjung Enim, salah satu santri pengkhidmah Kiai Gerentam Bumi. Dan pernah juga disuruh bermalam di markas Iqbal Marom di Palembang, disambut oleh alumni senior semisal Ustadz Idil Fitrah , Ustadz Alpaqih Andopa , dan sebagainya.
~ Jaringan UIN Malang
Sebagai alumni UIN Malang, saya tidak menyia-nyiakan momentum ini menjalin sinergi denga kawan-kawan yang pernah kuliah di UIN Malang dan tinggal di sekitar Palembang Jambi. Dan ini efektif. Setidaknya, ketika saya berada suatu kota yang dilintasi perjalanan ke Jambi, saya bisa menghubungi mereka, lalu mengajak ngopi.
Ternyata jaringan UIN Malang cukup merata. Dari Lampung hingga Jambi. Di Lampung saya bisa terhubung dengan Bang Sarohmad Zilzaf , owner penerbit Literasi Nusantara yang sering saya jadikan tempat ampiran. Di Palembang, saya terhubung dengan Dr. Zainuddin Sattar Dosen Universitas Al Ittifaqiyah, Mbak Ajeng Puspa R , dan Gus Hakim. Bergeser ke Muara Enim, saya bisa ngopi dengan Gus Mustofa Topeng Al Wajah . Di Lubuklinggau ada Dr. Taufik, dosen Universitas Islam Silampari.
Di Jambi, saya bertemu dengan Mbak Fenti Rakhmawati dan Mas Faiz , suami istri dari Singosari Malang yang menetap di Hitam Ulum Merangin. Juga Mas Imron Habib , senior Pagar Nusa yang tinggal di Muara Delang. Ada Gus Muttaqin Ahmad , adik tingkat di UIN Malang kini tinggal di Rimbo Bujang. Dan beberapa alumni UIN Malang yang bisa diajak bersinergi.
~ Jaringan NU
Jamak diketahui, bahwa jam'iyah Nahdlatul Ulama merupakan jejaring sosial keagamaan yang tersebar luas hampir ke pelosok nusantara. Tak terkecuali di wilayah Sumatera. Jaringan ini sangat potensial untuk dijahit menjadi kekuatan dakwah yang sinergis.
Di Palembang, saya jumpa Gus David Ahmad , suami Mbak Pyo yang juga aktif di PWNU Sumatera Selatan. Di Sarolangun, ada jaringan Pagar Nusa dan Banser Air Hitam yang selalu berjalan seiring dalam program pembinaan Suku Anak Dalam. Bergeser ke Muara Enim, saya diajak ngobrol dengan jajaran PCNU Muara Enim di kantor NU. Dan di Lubuklinggau, saya bisa tersambung dengan Kiai Ahmadi, ketua PCNU Lubuklinggau yang ternyata asli Lamongan.
Gus Rijal Mumazziq, sangat perhatian masalah ini. Sehingga ketika ada bantuan dua armada sepeda motor untuk operasional para santri da'i, langsung dicat hijau dan diberi stiker NU. Hal ini untuk menegaskan sinergitas antara jaringan Hai'ah Ash Shofwah Al Malikiyyah dengan jaringan Nahdlatul Ulama.
Dan masih banyak jejaring dakwah yang sudah dan belum terjahit. Semua butuh waktu serta komunikasi yang intens. Karena dengan bersinergi, maka program dakwah dan tarbiyah ini akan berjalan sukses dan lestari. Insya Allah.
Yassalam.
~ Bakaheuni, 15 Nopember 2023