
14/08/2025
𝙋𝙚𝙣𝙜𝙖𝙬𝙖𝙨 𝘿𝙪𝙣𝙞𝙖 𝙈𝙖𝙮𝙖 𝙅𝙚𝙥𝙖𝙣𝙜 𝙏𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖𝙥 𝙋𝙚𝙧𝙚𝙩𝙖𝙨 𝙂𝙪𝙣𝙖𝙠𝙖𝙣 𝘾𝙧𝙤𝙨𝙨𝘾2 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝘽𝙤𝙗𝙤𝙡 𝙅𝙖𝙧𝙞𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙂𝙡𝙤𝙗𝙖𝙡
IKLAN KAMI: https://agungglobal.id/aff/255
Jepang kembali menunjukkan kewaspadaannya terhadap ancaman siber setelah otoritas keamanan dunia maya negara itu berhasil menangkap sekelompok peretas yang menggunakan CrossC2—varian berbahaya dari alat peretasan Cobalt Strike. Alat ini dikenal luas di kalangan peretas karena kemampuannya dalam eksploitasi sistem, dan CrossC2 membawa bahaya lebih besar dengan kemampuan membajak sistem operasi Linux, macOS, dan Windows.
Menurut laporan terbaru, kelompok peretas tersebut menggunakan malware khusus yang dijalankan sepenuhnya dalam memori (fileless malware), membuatnya lebih sulit dideteksi oleh solusi keamanan tradisional. Teknik ini memungkinkan mereka menginfeksi jaringan di berbagai negara tanpa meninggalkan jejak yang mudah dilacak. Investigasi awal juga mengindikasikan koneksi antara pelaku dengan Black Basta, kelompok ransomware yang dikenal melakukan serangan besar-besaran terhadap korporasi dan instansi pemerintah.
CrossC2: Ancaman Baru yang Lebih Mematikan
CrossC2 dikembangkan sebagai spin-off Cobalt Strike, yang awalnya dirancang untuk simulasi serangan red team namun sering disalahgunakan oleh aktor jahat. Varian ini memperluas fungsionalitasnya dengan kemampuan cross-platform, memungkinkan serangan terhadap berbagai sistem operasi sekaligus.
Dibandingkan alat serupa, CrossC2 lebih sulit dilacak karena menggunakan komunikasi terenkripsi dan teknik memori-resident untuk menghindari pendeteksian berbasis file. Modus operandi yang canggih ini membuatnya menjadi senjata pilihan bagi kelompok peretas tingkat lanjut, termasuk yang terkait ransomware.
Penangkapan dan Implikasinya
Keberhasilan otoritas Jepang dalam mengidentifikasi dan menangkap pelaku memberi secercah harapan dalam memerangi kejahatan siber global. Namun, temuan ini juga mengingatkan bahwa ancaman seperti CrossC2 akan terus berkembang. Organisasi disarankan untuk meningkatkan pemantauan jaringan, memprioritaskan pembaruan keamanan, dan mempertimbangkan solusi endpoint detection and response (EDR) yang lebih canggih.
Serangan ini sekaligus menyoroti pentingnya kolaborasi internasional dalam menghadapi kejahatan siber. Dengan teknik yang semakin mutakhir, hanya kerja sama antarnegara yang dapat membendung ancaman berskala global seperti CrossC2.